Sistem Informasi Penelusuran Perkara
PENGADILAN NEGERI SEMARANG
INFORMASI DETAIL PERKARA



Nomor Perkara Pihak Pihak Status Perkara
352/Pid.Sus/2019/PN Smg TITIS SULISTIASARI, SH KENTUT ADI TRIYOGA ALSEMON Bin TEGO Minutasi
Tanggal Pendaftaran Rabu, 15 Mei 2019
Klasifikasi Perkara Kesehatan
Nomor Perkara 352/Pid.Sus/2019/PN Smg
Tanggal Surat Pelimpahan Senin, 13 Mei 2019
Nomor Surat Pelimpahan B-189/O.3.10/Euh.2/2019
Pihak
Pihak
Pihak
Anak Korban
Dakwaan

DAKWAAN
      PERTAMA :
------------Bahwa  terdakwa KENTUT ADI TRIYOGA ALS. EMON Bin TEGO  antara bulan Januari 2018 sampai dengan tanggal 06 Januari 2019  atau setidak tidaknya disuatu waktu  di dalam tahun 2018 sampai dengan tahun 2019, bertempat di rumah terdakwa di Jl. Delik rejo Rt.07 Rw. 011 Tandang Kec.Tembalang, Kota Semarang atau setidak-tidaknya di suatu tempat  termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Semarang, dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) UU No. 36 tahun 2009  yaitu sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar, dengan cara sebagai berikut:

•    Bahwa semula  terdakwa membeli obat-obatan yaitu Black Ant King, Fly Kunchongfen, Black Ant , Tablet tanpa identitas dan Tablet putih LL, berlabel Vitamin B1 50 mg dari seseorang di Jakarta Selatan (yang tidak dikenal terdakwa) secara on line yang terdakwa  tahu dari Facebook yang menawarkan obat tersebut pada awal tahun 2018 dan sudah tiga kali terdakwa membeli obat tersebut. Yang pertama terdakwa membeli masing masing 2 (dua) pak  @ 1000 tablet, kemudian masing masing satu pak/botol dan yang terakhir (3 dan 4 Januari 2019) terdakwa membeli masing masing 2 (dua) pak.
•    Bahwa awalnya  terdakwa pakai sendiri obat-obatan tersebut, dan beberapa teman ada yang meminta, karena sering diminta akhirya terdakwa suruh membeli selain itu terdakwa menjual obat LL  kepada orang-orang dengan cara pembeli  yang tidak dikenal terdakwa datang ke rumah untuk membeli, mereka yang datang untuk membeli biasanya tahu dari mulut ke mulut, mereka datang ke rumah dan membeli secara cash.

•    Obat tersebut terdakwa jual eceran dengan harga :
No    Nama Barang    Harga beli (Rp)       Harga jual (Rp)
                
1    Black Ant King     100.000,-    Per pak    150.000,-
2    Fly Kunchongfen    27.000,-    Per pak    30.000,-
3    Black Ant    80.000    Per pak      100.000,-
4    Tablet tanpa identitas    700    Per pak     13.000,-
5    Tablet putih LL, berlabel Vitamin B1 50 mg    700    Per pak     13.000,-
                
                

•    Pada hari Minggu tanggal 06 Januari 2019  saksi KURNIASANTI, Sfarm Apt dan saksi TAUFAN ADI WIBOWO, SH  ( petugas dari BBPOM Semarang) mendatangi rumah terdakwa di Jl. Delik Rejo RT 007 RW 011, Tandang, Kec. Tembalang, Kota Semarang , setelah dilakukan pemeriksaan ditemukan dan telah disita barang bukti berupa obat :
No    Nama Barang    Jumlah    Nomor Izin Edar
    Obat Tanpa Izin Edar            
1    Black Ant King    10    Tablet    Tidak ada
2    Fly Kunchongfen    17    Sachet    Tidak ada
3    Black Ant    1    botol     Tidak ada
4    Tablet tanpa identitas    120    Tablet    Tidak ada
5    Tablet hancur tanpa identitas    3    Bungkus    Tidak ada
6    Tablet putih LL, berlabel Vitamin B1 50 mg    2    bungkus@ 1000 tablet    Tidak ada
    Lain-Lain            
1    Uang Rp. 102.000            
2    Piring hijau    1    Buah    Perlengkapan untuk meracik tablet putih
3    Sendok logam    1    Buah    
4    Plastk klip kecil    2    Pak    
5    Plastik klip besar    1    Pak    

•    Bahwa ternyata barang-barang yang disita dari rumah terdakwa oleh petugas Balai Besar POM Semarang berupa obat  sebanyak 6 item, Dari hasil pengamatan pada label atau etiket pada barang bukti yang disita  produk obat tersebut tidak mempunyai ijin edar atau nomor registrasi dari  Badan POM .
•    Obat tanpa ijin edar yang beredar dipasaran adalah obat yang belum melalui evaluasi keamanan, mutu dan khasiat dari Badan POM, sehingga bahan / bahan tambahan / kombinasi yang dipergunakan dalam obat, tersebut bisa tidak tepat sehingga bisa menimbulkan efek buruk bagi kesehatan dan bahan baku yang digunakan bisa merupakan bahan yang dilarang dipergunakan untuk  obat sehingga bisa membahayakan bagi kesehatan.
•    Izin edar melekat pada tiap produk Sediaan farmasi, diberikan kepada perusahaan yang mendaftarkan produknya ke BPOM setelah melalui rangkaian evaluasi keamanan, mutu dan khasiat. Orang atau perusahaan selain pendaftar tidak berhak untuk memproduksi obat yang samua yang telah di daftarkan oleh perusahaan pemegang merk.
•    Berdasarkan Laporan hasil pengujian atau identifikasi yang telah dilakukan di Laboratorium Forensik Cabang Semarang No. PM.01.03.1041.01.19.DK.01dan No. PM.01.03.1041.01.19.DK.02 tanggal 07 Januari 2019 dapat disimpulkan bahwa barang bukti yang telah disita petugas tersebut berupa Tablet putih berlogo LL dan Tablet putih berlogo Y adalah Obat Keras yang bernama TRIHEXYPHENIDYL HCL.
•    Obat TRIHEXYPHENIDYL HCL merupakan golongan Obat Keras sehingga penggunaannya harus sesuai dengan petunjuk penggunaan yang ada seperti dosis, frekuensi penggunaan dan kondisi pasien. Tanpa adanya petunjuk yang jelas dari tenaga kesehatan dapat mengakibatkan kesalahan dalam penggunaan seperti munculnya efek samping antara lain penglihatan kabur, sembelit, berkeringat, pusing atau ringan ketika bangkit dari posisi tidur, kantuk, sakit kepala. Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan obat tersebut sering disalahgunakan oleh beberapa orang untuk sensasi fly (mabuk) apabila dosisnya ditingkatkan (Over dosis) semakin dapat mempengaruhi syaraf sehingga efek fly nya semakin kuat dan pada dosis tertentu dapat mengakibatkan kematian.

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 197 UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.


ATAU :
KEDUA :
------------Bahwa  terdakwa KENTUT ADI TRIYOGA ALS. EMON Bin TEGO  antara bulan Januari 2018 sampai dengan tanggal 06 Januari 2019  atau setidak tidaknya disuatu waktu  di dalam tahun 2018 sampai dengan tahun 2019, bertempat di rumah terdakwa di Jl. Delik rejo Rt.07 Rw. 011 Tandang Kec.Tembalang, Kota Semarang atau setidak-tidaknya di suatu tempat  termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Semarang,  yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/ atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dalam Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) UU No. 36 tahun 2009,  perbuatan mana dilakukan dengan cara sebagai berikut :
•    Pada hari Minggu tanggal 06 Januari 2019  saksi KURNIASANTI, Sfarm Apt dan saksi TAUFAN ADI WIBOWO, SH  ( petugas dari BBPOM Semarang) mendatangi rumah terdakwa di Jl. Delik Rejo RT 007 RW 011, Tandang, Kec. Tembalang, Kota Semarang , setelah dilakukan pemeriksaan ditemukan dan telah disita barang bukti berupa obat :
No    Nama Barang    Jumlah    Nomor Izin Edar
    Obat Tanpa Izin Edar            
1    Black Ant King    10    Tablet    Tidak ada
2    Fly Kunchongfen    17    Sachet    Tidak ada
3    Black Ant    1    botol     Tidak ada
4    Tablet tanpa identitas    120    Tablet    Tidak ada
5    Tablet hancur tanpa identitas    3    Bungkus    Tidak ada
6    Tablet putih LL, berlabel Vitamin B1 50 mg    2    bungkus@ 1000 tablet    Tidak ada
    Lain-Lain            
1    Uang Rp. 102.000            
2    Piring hijau    1    Buah    Perlengkapan untuk meracik tablet putih
3    Sendok logam    1    Buah    
4    Plastk klip kecil    2    Pak    
5    Plastik klip besar    1    Pak    

•    Bahwa obat-obat yang disita dari terdakwa tersebut diperoleh terdakwa dengan cara  membeli dari seseorang di Jakarta Selatan (yang tidak dikenal terdakwa) secara on line yang terdakwa  tahu dari Facebook yang menawarkan obat tersebut pada awal tahun 2018 dan sudah tiga kali terdakwa membeli obat tersebut. Yang pertama terdakwa membeli 2 (dua) pak / botol @ 1000 tablet, kemudian satu pak/botol dan yang terakhir (3 dan 4 Januari 2019) terdakwa membeli 2 (dua) pak/botol.
•    Bahwa semula terdakwa pakai sendiri, dan beberapa teman ada yang meminta, karena sering diminta akhirya terdakwa suruh membeli selain itu terdakwa menjual obat LL  kepada orang-orang dengan cara pembeli  yang tidak dikenal terdakwa datang ke rumah untuk membeli, mereka yang datang untuk membeli biasanya tahu dari mulut ke mulut, mereka datang ke rumah dan membeli secara cash.

•    Obat tersebut terdakwa jual eceran dengan harga :
No    Nama Barang    Harga beli (Rp)       Harga jual (Rp)
                
1    Black Ant King     100.000,-    Per pak    150.000,-
2    Fly Kunchongfen    27.000,-    Per pak    30.000,-
3    Black Ant    80.000    Per pak      100.000,-
4    Tablet tanpa identitas    700    Per pak     13.000,-
5    Tablet putih LL, berlabel Vitamin B1 50 mg    700    Per pak     13.000,-
                
                

•    Bahwa ternyata barang-barang yang disita dari rumah terdakwa oleh petugas Balai Besar POM Semarang berupa obat  sebanyak 6 item, Dari hasil pengamatan pada label atau etiket pada barang bukti yang disita  produk obat tersebut tidak mempunyai ijin edar atau nomor registrasi dari  Badan POM .
•    Berdasarkan Laporan hasil pengujian atau identifikasi yang telah dilakukan di Laboratorium Forensik Cabang Semarang No. PM.01.03.1041.01.19.DK.01dan No. PM.01.03.1041.01.19.DK.02 tanggal 07 Januari 2019 dapat disimpulkan bahwa barang bukti yang telah disita petugas tersebut berupa Tablet putih berlogo LL dan Tablet putih berlogo Y adalah Obat Keras yang bernama TRIHEXYPHENIDYL HCL.
•    Obat TRIHEXYPHENIDYL HCL merupakan golongan Obat Keras sehingga penggunaannya harus sesuai dengan petunjuk penggunaan yang ada seperti dosis, frekuensi penggunaan dan kondisi pasien. Tanpa adanya petunjuk yang jelas dari tenaga kesehatan dapat mengakibatkan kesalahan dalam penggunaan seperti munculnya efek samping antara lain penglihatan kabur, sembelit, berkeringat, pusing atau ringan ketika bangkit dari posisi tidur, kantuk, sakit kepala. Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan obat tersebut sering disalahgunakan oleh beberapa orang untuk sensasi fly (mabuk) apabila dosisnya ditingkatkan (Over dosis) semakin dapat mempengaruhi syaraf sehingga efek fly nya semakin kuat dan pada dosis tertentu dapat mengakibatkan kematian.

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 196 UU No. 36 tahun 2009  tentang Kesehatan.

 

Pihak Dipublikasikan Ya